
Sejak abad 18 terjadilah revolusi industri serta revolusi Prancis yang mana dua peristiwa tersebut akan berpengaruh pada perkembangan zaman kedepannya, penemuan-penemuan teknologi baru terus ditemukan, hingga sekarang kita berada pada pusaran realita yang serba canggih, mengingini apa mudah didapatkan pada dunia satu dimensi yang akrab disebut sosial media. Aspek kegiatan manusia menjadi begitu mudah dijalani, permasalahan hidup pun akan lebih mudah diatasi.
Mulai sejak tahun 1930 Alan Turing dkk usai menciptakan sistem yang lebih memajukan teknologi digital, adalah Artificial Intelegent (AI) yang tentu kawan-kawan telah mengenalnya. hingga AI terus berkembang sebagai alat untuk mengatasi permasalahan kognitif yang meliputi kecerdasan manusia. Dia akan terus mengembangkan dirinya entah sampai kapan.
Selayang pandang
Penulis tidak akan banyak membahas mengenai AI secara historisnya lebih dalam, akan tetapi kita akan coba mendekatkan AI pada dunia pendidikan, bagaimanakah pendidikan pada era digital ini. Jika kita periksa garis besarnya terkait kemajuan teknologi dan pengembangan AI di atas, maka tentu pendidikan akan ikut dipermudah, proses pembelajaran serta metodologinya dan peran guru dalam proses pendapingan proses belajar peserta didik menjadi lebih praktis tentunya.
Peserta didik akan mudah mengakses informasi sebagai sarana pembelajaran, alhasil peserta didik akan lebih terbuka secara pola fikir dan terlatih untuk cepat merespown permasalahan. Pada posisi pendidik, akan mudah dalam merangkai media stimulus peserta didik, pekerjaan administrasi yang sebelumnya begitu menjadi persoalan kalangan pendidik, sekarang dapat dipermudah dengan teknologi AI itu.
Dengan teknologi demikian, adalah sebagai upaya untuk terus mengikuti perkembangan zaman, juga pemanfaatan AI dapat mengetahui kompetensi tiap-tiap murid yang tentunya berbeda-beda. Serta kita dapat mengetahui minat para peserta didik. Kemudian juga pada aspek pendidikan online, AI dapat lebih membuka luas server sedunia dalam proses pembelajaran.
Alam pikir sang materialis organik
Pada tahun 1800-an di Jerman, terdapat seorang filsuf materialis yang Bernama Ludwig Feuerbach yang mengkritisi agama dan tuhan, sebab baginya bukan tuhan yang menciptakan manusia, justru sebaliknya, yakni manusia menciptakan tuhan. Agama baginya hanyalah sebuah doktrin ciptaannya sendiri yang mengalienasi keadaannya, mengurung kemerdakaan, serta menggeser kejatidirian manusia. Begitu pun dengan malaikat, para nabi, serta kekuatan-kekuatannya adalah proyeksi mereka yang kemudian mereka dewa-dewakan.
Manusia menjadi lemah lantaran adanya tuhan, karena apa-apa yang manusia hadapi akan selalu diserahkan kepada tuhan, potensi mandiri yang alamiah akan terkubur tak terpakai. Sebab kemerdekaan manusia terletak pada Meskipun menurut Karl Marx tidak demikian, agama bukanlah faktor primer, tetapi pekerjaanlah menjadi hal primer yang membuat manusia teralienasi sedangkan agama sekedar hal sekunder. Terlepas dari semua itu, Marx setuju dengan Feuerbach dan memperkuatnya dengan statement yang paling terkenal bahwa “agama adalah candu”.
Kritik Kecerdasan buatan dalam pendidikan
Telah kita ketahui bersama, bahwa dalam kehidupan semua hal selalu berdampingan, benar-salah, baik-buruk, malam-siang, dst. Maka dalam kelebihan AI pada pendidikan terdapat pula kekurangan yang perlu diperhatikan. Bahwa canggihnya AI yang serba memudahkan manusia khususnya dalam pendidikan, itu akan membuat elemen di dalamnya menjadi pasif, mereka akan teralienasi oleh dunia hyperrealita, daya alamiah dan kreativitas akan tumpul, interaksi sosial kian merenggang, serta mengkonstruksi manusia-manusia malas yang memiliki mental budak. Jatidiri seorang manusia akan menjadi hilang, ternegasikan oleh teknologi canggih buatan manusia, hingga akhirnya mereka hidup dalam realitas palsu.

Tinggalkan Balasan